BeritaNasional

Kisah Prabowo Subianto: Dari Reformasi 1998 hingga Presiden RI 2024-2029

3
×

Kisah Prabowo Subianto: Dari Reformasi 1998 hingga Presiden RI 2024-2029

Sebarkan artikel ini
Kisah Prabowo Subianto: Dari Reformasi 1998 hingga Presiden RI 2024-2029Kisah Perjalanan Prabowo Subianto: Dari Pencopotan di Era Soeharto hingga Menjadi Presiden RI 2024-2029.

IONECYBER.COM, Jakarta – Kisah perjalanan hidup Prabowo Subianto penuh dinamika dan lika-liku sejarah politik Indonesia. Nama Prabowo selalu lekat dengan peristiwa besar pada penghujung era Presiden Soeharto, saat reformasi 1998 mengguncang negeri ini.

Prabowo Subianto, yang kala itu menjabat sebagai Panglima Kostrad, dicopot oleh Panglima ABRI Jenderal Wiranto setelah kerusuhan Mei 1998. Ia dianggap bertanggung jawab atas pengerahan pasukan tanpa seizin atasan langsung. Peristiwa tersebut menjadi salah satu titik balik dalam karier militernya.

Pada 22 Mei 1998, sehari setelah Soeharto lengser dari kursi presiden, B.J. Habibie menunjuk Wiranto sebagai Menteri Pertahanan sekaligus Panglima ABRI. Situasi politik nasional kala itu penuh gejolak, dan nama Prabowo sempat tenggelam di pusaran kontroversi.

Namun, perjalanan hidup tidak berhenti di sana. Prabowo memilih menempuh jalur politik. Ia membangun Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya), partai yang kemudian menjadi kendaraan politiknya dalam mewujudkan cita-cita mengabdi kepada bangsa. Jalan panjang penuh rintangan ia lalui: kalah dalam beberapa kontestasi pemilihan presiden, dikritik lawan politik, hingga diragukan oleh sebagian pihak. Meski begitu, konsistensi dan semangatnya tidak pernah padam.

Perjuangan politik tersebut akhirnya berbuah manis. Dalam Pemilu 2024, Prabowo Subianto memperoleh amanat rakyat Indonesia dan resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2024–2029. Momentum ini menjadi titik puncak perjalanan panjangnya dari seorang prajurit hingga menjadi pemimpin tertinggi negara.

Menariknya, Presiden Prabowo memberikan teladan moral yang luhur kepada bangsa. Ia menunjukkan bahwa luka lama dan perlakuan buruk tidak harus dibalas dengan keburukan. Bukti nyata terlihat ketika ia justru mengangkat Jenderal (Purn) Wiranto—sosok yang pernah mencopotnya dari jabatan Kostrad—sebagai Penasehat Khusus Presiden bidang Politik dan Keamanan.

Kisah ini menjadi cermin kuat bahwa rekonsiliasi, kebesaran jiwa, serta semangat persatuan lebih utama daripada dendam politik. Dari perjalanan panjang Prabowo Subianto, bangsa Indonesia belajar bahwa kepemimpinan bukan hanya soal kekuasaan, tetapi juga tentang ketulusan, keikhlasan, dan pengabdian untuk rakyat serta tanah air.***

Sumber: jagok.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *